Masih teringat pertengkaranku dengan kedua orang tuaku. Saat aku bersikeras kuliah di Jakarta, sementara mereka minta kuliah di Padang saja. Lebih dekat, banyak teman dan hemat biaya. Aku berada dalam posisi terjepit. Pastinya mereka lebih memikirkan faktor biaya. Adik-adikku masih sekolah yang seharusnya aku biayai.
Saat adu mulut itu kedua adikku pun terdiam sembari melihatku sesekali. Dalam hatiku mereka iba mendapat uda mereka dimarahi. Malam itu beda. Pilihan merantau atau birrul walidain. Sebelum tidur aku ingat dengan pepatah Arab yang pernah ku hafal.
“Saafir tajid ’iwadhan amman tufaariquhu”. Berjalanlah/bepergianlah niscaya kamu akan mendapatkan ganti dari yang kamu tinggalkan.
Sejenak aku menyiapkan argumentasi kuat dan lebih sopan kepada orang tuaku.
Islam mengajak umatnya untuk tidak diam dirumah atau menganggur. Allah menjadikan siang untuk bekerja, maka gunakanlah sebaik mungkin. Makna safar yang dimaksud adalah pergi lama bahkan hingga menetap. Kata yang tepat dalam KBBI adalah merantau.
Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW, paling tidak kita akan mengenal sosok perantau yang tekun pada Muhammad kecil. Bepergian untuk tujuan niaga.
Beliau adalah survival tangguh. Mampu menjadi panutan di Negeri orang. Bukan sebab kenabiannya saja. Lebih dari itu, sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad telah melanglang buana bersama majikannya, Siti Khadijah. Dikenal sebagai pedagang yang jujur dan disegani.
Islam adalah agama yang betul-betul sangat menganjurkan umatnya pergi merantau. Seperti kewajiban untuk menuntut ilmu hingga ke Negeri China. Imam Syafi’i. Seorang Ulama besar pun punya nasehat yang indah untuk itu.
*Pergilah (merantaulah) dengan penuh keyakinan, niscaya akan engkau temui lima kegunaan, yaitu Ilmu Pengetahuan, Adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan.
*Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap. Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum. Jika engkau biarkan air itu tergenang maka ia akan membusuk.
*Singa hutan dapat menerkam mangsanya, setelah ia meninggalkan sarangnya. Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya, jika tidak meninggalkan busurnya.
*Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap. Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum. Jika engkau biarkan air itu tergenang maka ia akan membusuk.
*Singa hutan dapat menerkam mangsanya, setelah ia meninggalkan sarangnya. Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya, jika tidak meninggalkan busurnya.
*Emas bagaikan debu, sebelum ditambang. Pohon cendana yang tetancap ditempatnya, tak ubah seumpama kayu bakar (kayu api).
*Jika engkau tinggalkan tempat kelahirnmu, engkau akan menemui derajat yang mulia ditempat yang baru, dan engkau bagaikan emas sudah terangkat dari tempatnya.
Sungguh kata-kata yang bijak. Inspiratif dan menyegarkan. Akhirnya tekadku sudah bulat untuk merantau. Entahlah itu tekad atau nekat. Namun sudah tidak ada lagi keraguan untuk memilih kuliah di Jakarta.
*Tulisan ini dipublikasikan di Buletin INSIGHT edisi November 2011 PC. IMM Ciputat.
*Tulisan ini dipublikasikan di Buletin INSIGHT edisi November 2011 PC. IMM Ciputat.
Komentar
Posting Komentar